Juli 24, 2012

Hhh....

Entah ini sudah berapa kali dan entah seberapa lamanya. Tapi rasa-rasanya rasa itu masih tetap sama. Kadang bertambah saat jarak terasa sangat jauh bagi kita, atau mungkin lebih tepatnya bagiku. Berlembar-lembar sudah kusimpan, tinggi-rendahnya nada tercipta, ribuan doa terucap hanya untuk meyakinkan jawabannya adalah aku. Semua yang terekam sudah habis ku putar. Ketika aku tidak punya bekal untuk hari esok, yang ku ingat hanya caramu menyembahNya. Ketika matamu terpejam, kau tertunduk penuh ampun dan mulai membentuk sebuah simbol mulai dari dahi, hati, bahu kiri dan kemudian yang sebelah kanan, lalu kedua tanganmu bertemu dan hatimu mulai berbicara padaNya. Caramu itu yang dapat membuat aku yakin bahwa jawabannya adalah aku. Satu lebih tiga puluh dalam seminggu yang selalu aku nantikan, tidak semuanya menyenangkan. Tidak semuanya. Kadang hanya sekilas, seperti petir namun itu sangat membahagiakan. Terkadang kedua bola mata kita tidak sengaja bertatap, seolah-olah sedang berbicara dan menyapa hingga membuat mulut ini merasa ciut. Kenapa dia tidak seberani mata yang bisa menyapa? Kenapa tiap kali bertatap, dia hanya bungkam? Tujuhratusduabelas hari lebih berjalan tanpa adanya pengakuan. Bahkan sebuah kode-pun tidak lagi diindahkan. Siapa yang patut disalahkan? Orang diluar sana berkata "Hati tak kan pernah salah." ah, omong kosong! Deretan kata yang ku hantarkan seakan merekam segala sesuatunya. Saat kau ber-pasio hingga malam ini aku menuliskan deretan kata ini, semuanya, seluruhnya. Apa yang akan kau katakan kelak? Lalu jawaban apa yang harus ku tuturkan? Memang, seperti membohongi diri sendiri ketika aku mengatakan tidak, sekalipun itu di dalam hati. Namun, itu lebih baik daripada aku mendengar kata tidak itu berasal dari hatimu yang kau perjelas dengan ucapan. Sangat menyakitkan. Hidup ini bukan cerita dongeng dimana Pangeran menemukan sang Putri lalu menikah dan hidup bahagia selama-lamanya. Hhh, kalaupun memang benar selama-lamanya, selama-lamanya manusia itu apakah akan selama-lamanya?! Mimpi kecil yang diam-diam selalu aku panjatkan dalam doa, deretan namamu yang tak pernah aku lupa ketika aku meminta akan selalu terucap namun tidak untuk selama-lamanya. Karena raga yang dititipkan ini tak kan mampu bertahan. Tak 'kan selama-lamanya. Seandainya kau rasakan rasaku, katakan bagaimana rasamu?! Seandainya kau deritakan deritaku, katakan seperti apa deritamu?! Seandainya kau tangiskan tangisanku, apakah perih sama sepertiku?! Aku menghabiskan waktu, tapi tak kan sepenuhnya. Karena aku tak berhak meminta waktu lebih kepadaNya. Namun jika memang jawabannya bukan, berpura-puralah iya. Berpura-puralah sayang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar